Banyak dari perusahaan di Indonesia yang belum
memahami dengan baik proses manajemen produk baru, sehingga seringkali terjadi
kesalahpahaman dalam pendelegasian tugas dan tanggung jawab.
Di sebuah perusahaan IT
terkemuka di Indonesia semakin mempertegas kenyataan ini, misalnya dalam
struktur organisasi yang dibentuk, belum jelas mengenai uraian tugas dan
pembagian tanggung jawab antara Divisi Marketing, Product Manager dengan Product
Development.
Dari pengamatan dan diskusi, diketahui bahwa
pengetahuan akan manajemen dan pengembangan produk ternyata belum optimal
sehingga menyebabkan kebingungan dan sikap tidak mau melaksanakan pekerjaan
yang bukan menjadi tanggung jawabnya.
Misalnya dalam kasus perusahaan IT di atas, seorang Product Manager dipaksa untuk menjual produk, merangkap sebagai seorang Sales Manager sehingga akhirnya sang Product Manager kehabisan energi dan waktu untuk memikirkan strategi bisnis produk yang seharusnya menjadi prioritas.
Misalnya dalam kasus perusahaan IT di atas, seorang Product Manager dipaksa untuk menjual produk, merangkap sebagai seorang Sales Manager sehingga akhirnya sang Product Manager kehabisan energi dan waktu untuk memikirkan strategi bisnis produk yang seharusnya menjadi prioritas.
Untuk mengurai masalah ini pertama-tama kita perlu
mengetahui dengan baik perbedaan antara sales dan marketing.
Theodore
Levitt, Profesor dari Harvard Business School, menjelaskan perbedaan antara
sales dan marketing, “Selling
focuses on the needs of the seller and the need to convert product to cash,
while marketing focuses on the needs of the buyer and the need to satisfy the
customer through the products produced.”
Mengacu kepada perbedaan ini, sudah sangat jelas
bahwa tahapan proses pengembangan produk berada pada seorang Product
Manager atau Brand Manager yang berada di Divisi marketing
sebagai upaya untuk memberikan produk yang mampu memenuhi kebutuhan pasar.
Jadi, mulai dari tahapan disain produk yang akan
dihasilkan hingga produk lahir dan siap diluncurkan ke pasar
dibidani oleh Product/Brand Manager.
Sementara untuk struktur organisasinya, Lehman, D.R. & Winer, R.S
menegaskan “Perusahaan bisa mengambil tipe
Product-Focused, ini merupakan struktur brand management klasik yang dikembangkan
oleh Procter & Gamble di tahun 1930 an. Perusahaan juga bisa mengambil tipe
kedua, yaitu Market-Focused, dimana otoritas marketing dibedakan oleh segmen
pasar, atau perusahaan bisa mengambil tipe ketiga, yakni
Functionally-Focused, dalam tipe ini struktur dibuat berdasarkan fungsi yang
ada, misalnya dalam Divisi Marketing ada lagi Product Marketing, Advertising,
Sales Promotion dan Marketing Research.”
Peran Product Manager

Dalam menjalankan tugasnya sebagai Product/Brand
Manager dibantu pihak media, purchasing, packaging, sales, market research,
legal, R & D, manufacturing dan advertising agency.
Sementara itu, karena seorang Product/Brand
Manager tidak memiliki otoritas ke fungsi lain dalam organisasi,
maka yang bisa dilakukan hanya melakukan langkah persuasif : bersifat membujuk secara halus
(supaya menjadi yakin), dibantu oleh seorang Product Specialist atau
Asisten Product Manager.
Untuk melenggangkan program-program yang tertuang
dalam strategi perencanaan produknya, seorang Product/Brand Manager
sejatinya memiliki keterampilan negosiasi yang bisa membuat semua fungsi dalam
perusahaan mau bekerja sama dengannya mewujudkan hasil akhir yang sudah
ditetapkan sebagai target, salah satunya pencapaian volume penjualan produk
yang menjadi tanggung jawabnya.
Seorang Product/Brand Manager juga dituntut
mampu bekerja sama dalam tim bahkan mengarahkan tim untuk mencapai sasaran,
misalnya di sektor jasa keuangan seperti perbankan, Brand Manager kartu
kredit berkerja sama dengan Bagian Pelayanan Pelanggan dan Risk &
Corporate Finance.
Brand Manager perlu
menciptakan harmonisasi dalam proses kerjasama tim yang ada. Selain itu,
seorang Product/Brand Manager juga perlu memiliki keterampilan
komunikasi sehingga program terkomunikasi dengan baik, dan mampu dimengerti
oleh fungsi lain bahkan manajemen puncak.
Pada akhirnya, seorang Product/Brand Manager
dituntut juga memiliki kemampuan analitikal, mampu mengukur apa yang menjadi
upayanya selama ini, seperti pencapaian volume penjualan, pencapaian awareness
dari strategi advertising dan pencapaian customer satisfaction.
Oleh karena begitu pentingnya peran dan tanggung
jawab seorang Product/Brand Manager untuk menghasilkan produk yang
berkualitas, dengan membangun brand yang bisa masuk dalam pilihan pertama
target pasarnya maka diperlukan pemahaman akan pengetahuan pengembangan produk
yang bisa membantunya mewujudkan pencapaian akan kinerja yang sudah menjadi
targetnya.
No comments:
Post a Comment